Sepotong cerita: from Steker to Angker

  

    Malam tadi, steker listrik yang nyambung ke PAM meleleh. Memang sih, steker ini bila di nyalakan selama 1 jam sudah anget-anget panas ditambah badannya yang gak begitu pas dan harus di ganjel kertas. Padahal untuk membuat tandon kami terisi penuh butuh waktu 1 jam lebih 10 menit. Menurut kesaksian teman saya, kami baru memasangnya sekitar 30 menitan.

    Saya yang memang masih baru di daerah ini, agak pening mengingat PR (pekerjaan rumah) baru. Sejujurnya, seringkali karna ketiadaan laki-laki di rumah membuat saya agak khawatir dengan banyak PR pertukangan yang rasanya saya ini tidak memiliki skill disitu. Kendati ada banyak jasa yang bersedia di bayar untuk hal-hal tersebut, saya mesti mempertimbangkan biaya dan kemungkinan-kemungkinan lainnya. Yang paling utama, keamanan kami dua perempuan yang sama-sama masih lajang ini.

    Untungnya, di zaman yang serba canggih ini ada pak Google yang katanya bisa mejawab banyak jenis permasalahan. Setelah dipikir-pikir masalah saya malam tadi ada dua; pertama, saya tidak punya referensi toko alat listrik; kedua, saya tidak pernah berurusan dengan pasang-memasang kabel di dinding.

    Untuk masalah pertama, pak Google ini mengarahkan saya ke Toko * Elektronik terdekat di dekat Jl. Anyelir yang jaraknya 900 meteran, katanya. Nyatanya saya sering ditipu dengan jarak di peta yang berbeda saat rute dimulai.

    Setelah menimbang-nimbang dari malam sampai pagi ini, antara mengikuti saran bapak Google atau membeli di swalayan terdekat- dimana aksesnya lebih mudah dan pasti, saya memutuskan untuk bertanya ke Bapak penjaga parkiran. Mengingat sepertinya si Bapak lebih paham seluk beluk daerah ini. Dari bertanya ke si Bapak, kami malah ngerumpi dan ngobrol tentang tempat tinggal saya yang katanya "angker". Sebenarnya ada rasa kepo yang membara, tapi rasanya lebih baik tidak tahu daripada serba tahu dan akhirnya parno sendiri. Pantas saja, setiap orang yang berkunjung kemari saat saya sedang sendirian selalu bilang "kok berani sendiri?". 

Pertanyaan ini dan pengalaman hari ini, membawa saya ke pertanyaan selanjutnya. 

Apakah mungkin keberanian datang dari ketidak tahuan? itu sebabnya orang yang banyak tahu lebih berhati-hati mengambil langkah dan akhirnya gagal begitu saja. Sedangkan orang yang tidak tahu, cenderung mencoba saja dan mencari tahu sebanyak mungkin. 

    Permasalah kedua, juga selesai begitu saja. Nyatanya PR hari ini tidak membutuhkan keahlian yang sedemikian rupa. Hanya perlu mencabut secara hati-hati kabelnya dan pergi konsultasi dengan penjaga toko alat listrik. Mungkin, sebenarnya kita selalu bisa menyelesaikan segala problem yang ada. Hanya saja, acapkali kita merasa takut sebelum mulai mencoba. 

Segala sesuatu yang kita pikir "tidak bisa" bisa jadi bukan karna kita memang tidak bisa, tapi karna kita takut mencoba dan gagal.

Jadi, apapun hal baik itu coba aja dulu entah gagal atau berhasil, lebih baik menyesal karna mencoba daripada menyesal karna kepikiran "kenapa dulu aku gak nyoba?".

Meskipun tidak semua hal layak di coba ya.. hehe. Contohnya? narkoba, alkohol, sex bebas dan hal-hal kriminal lainnya yang jelas merugikan kamu dan orang-orang yang kamu sayang.

    Gara-gara steker ini, meskipun tidak dapat cerita utuh tentang seberapa "angker" tempat saya tinggal, pada akhirnya saya bisa punya informan terpercaya lainnya setelah tukang sayur. Karenanya juga saya bisa ngobrol dengan banyak orang. Dari mulai tukang ojeg sampai Ibu penjaga toko. 


Penulis: Soopiy 

Komentar